Apakah Hadits Tentang Maulid Nabi, Palsu?

Hadits tentang maulid Nabi Muhammad SAW ‘Sallalahu Alaihi Wassallam’ menjadi polemik bagi kita sebagai seorang muslim, mengapa demikian?.

Karena yang awam dan pro (merayakan) maulid akan mengatakan banyak dalil tentang maulid nabi, yang berilmu dan juga mereka merayakan maulid mengatakan tidak ada hadits yang berkenaan dengan maulid, kalaupun ada itu adalah hadits palsu.

Dan dari muslim yang kontra atau tidak merayakan maulid mengatakan tidak ada hadits nabi yang menerangkan tentangnya dan merayakannya termasuk perkara agama yang di ada adakan atau bid’ah.

Lalu sebenarnya mana yang benar dan mana yang harus kita ikuti?, karena pada prinsipnya seorang muslim untuk mengamalkan agama harus sesuai dengan tuntunan dan dalil yang sahih.

Dalil Tentang Maulid Nabi

hadits tentang maulid nabi

Dibawah ini akan kami tuliskan terlebih dahulu dalil tentang maulid nabi yang dimaksud, yaitu berupa hadits, atsar sahabat dan juga atsar Ulama, lalu kita tuliskan pendapat Ulama dan Ustadz perihal sahih, dhoif atau Maudhu kedudukan dalil hadits tersebut.

Jadi ada 3 landasan bagi mereka yang merayakan maulid yaitu:

  1. Hadits Nabi
  2. Atsar Sahabat
  3. Atsar Ulama Salaf

1. Hadits Tentang Maulid

مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِي كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ

Artinya: ‘Siapa saja yang membesarkan hari kelahiranku,  maka akan aku beri syafa’at kepadanya pada hari kiamat kelak ‘.

وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِي مَوْلِدِي فَكَأَنَّمَا أَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَهَبٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ

Artinya: “Dan siapa saja yang mensedekahkan satu dirham dalam rangka menghormati hari kelahiranku, maka seakan-akan dia telah bersedekah emas sebanyak satu gunung di jalan Allah’.”

2. Perkataan Sahabat Radhiallahu Anhum Tentang Maulid

1. Abu Bakar ash-Shiddiq Radiallahuan

“Siapa saja yang mengeluarkan satu dirham untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi., maka ia akan menjadi temanku di syurga.”

2. Umar bin Khattab

“Siapa saja yang mengagungkan atau memuliakan majlis maulid Nabi. sesungguhnya ia telah menghidupkan agama Islam.”

3. Utsman bin ‘Affan

“Siapa saja yang menginfakan satu dirham untuk mengadakan majlis maulid Nabi saw. maka seolah-olah ia ikut dalam peperangan Badar dan Hunain”.

4. Ali bin Abi Tholib

“Siapa saja yang mengagungkan majelis maulid Nabi. dan juga mengadakan acara majelis maulid, maka dia akan keluar dari dunia atau meninggal melainkan dengan keimanan dan juga dia akan masuk syurga tanpa hisab”.

3. Perkataan Ulama Salaf

1. Hasan al-Bashri Rahimahullah

“Seandainya aku mempunyai emas sebesar gunung Uhud, Aku lebih suka untuk memakainya dalam rangka mengadakan pembacaan maulid Nabi Saw”.

2. Junaid al-Baghdady Rahimahullah

“Siapa saja orang yang hadir dalam majlis maulid Nabi. dan mengagungkan kedudukannya, maka sesungguhnya ia telah mempunyai iman yang kuat”.

3. Ma’ruf al-Karkhy Rahimahullah

“Siapa saja orang yang menyedekahkan makanan untuk majlis pembacaan maulid Nabi. lalu mengumpulkan kerabatnya, menyalakan lampu untuk penerangan, memakai pakaian yang bagus dan baru, menyemprotkan bau yang wangi dan juga memakai wangi-wangian dengan tujuan membesarkan kelahiran Nabi saw, maka Allah akan mengumpulkannya pada hari kiamat bersama kumpulan yang pertama di kalangan nabi-nabi dan dia berada di syurga yang teratas”

4. Imam Asy-Syafii Rahimahullah

“Siapa saja orang yang mengumpulkan saudaranya dengan tujuan untuk mengadakan majlis maulid Nabi saw., lalu menyediakan makanan dan juga tempatnya serta melakukan kebaikan, dan dia adalah orang yang menjadi sebab dibacakannya maulid Nabi saw tersebut, maka orang itu akan dibangkitkan pada hari kiamat bersama siddiqin, syuhada dan solihin serta berada di dalam syurga Na’im.”

5. As-Sary as-Saqothy Rahimahullah

“Siapa saja orang yang mendatangi tempat dimana didalamnya dibacakan maulid Nabi saw. maka sesungguhnya ia telah mendatangi taman, dari taman-taman syurga, karena tidaklah orang tersebut mendatangi tempat tersebut melainkan karena kecintaannya kepada Nabi saw”. Seperti sabdanya: “siapa yang mecintaiku, maka ia akan bersamaku di dalam syurga.”

Sumber perkataan keempat sahabat nabi dan jug perkataan ulama salaf ini di ambil dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam penulisnya adalah Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)

Kedudukan Hadits Tentang Maulid Nabi

Semua yang dikatakan hadits dan juga atsar Sahabat juga Ulama di atas adalah lemah bahkan palsu, ini dikatakan bukan saja oleh orang yang tidak melaksanakan maulid tapi juga dikatakan oleh Ustadz yang melakukan maulid.

Berikut kami tuliskan pendapat Ustadz yang pro atau melakukan mauid tentang hadits di atas.

Pendapat Ustadz Yang Pro Maulid

Ustadz Buya Yahya Hafidzahullah yang merupakan Ulama asal Cirebon dan beliau hafidzahullah adalah orang yang pro maulid, mengatakan dalam salah satu ceramahnya dalam sesi tanya jawab.

Beliau mengatakan bahwa tidak ada hadits tentang maulid yang sahih, adapun hadits yang berkembang di masyarakat tentang maulid, itu adalah hadits palsu, dan seorang muslim haram menisbatkan perkataan yang bukan Perkataan Nabi kepada Nabi.

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim Rasulullah sallaahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya di neraka.”[HR. Bukhari, dan Muslim]

Beliau juga menambahkan, walau kita termasuk ahli maulid, tapi jangan menyebarkan hadits palsu, karena perkara itu adalah haram.

Dan rata-rata orang yang berilmu, walaupun mereka melakukan perayaan maulid mereka akan mengatakan bahwa tidak ada hadits yang sahih tentang perayaan maulid tersebut.

Pendapat Ustadz Yang Kontra Maulid

Sepakat mereka mengatakan tidak ada hadits dan ayat quran tentang maulid nabi saw, dan ketika di tanyakan kepada Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizhahullah perihal dalil maulid.

Jawaban Syaikh Abu Ubaidah Masyhur adalah,

“Ini merupakan kedustaan kepada Rasulullah yang hanya dibuat-buat oleh para ahlul bid’ah.” Beliau melanjutkan, Kepada saudara-saudara kami yang berhujjah dengan hadits ini, kami katakan :

“Dengan tidak mengurangi penghormatan kami, datangkan kepada kami sanad hadits ini agar kami mengetahuinya”.

Dan karena memang hadits ini hadits palsu, mustahil untuk mendatangkan sanadnya.

Kesimpulannya Hadits tentang maulid nabi semuannya lemah dan bahkan palsu, sehingga tidak bisa di jadikan landasan untuk kita melakukan perayaan maulid.

Lalu apa landasan saudara kita yang melakukan dan memuliakan maulid, jika di katakan bahwa hadits tentang maulid adalah hadits palsu?.

Perintah Maulid Nabi

Ustadz Ahmad Muzakki yang merupakan Santri Mahad Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafi`iyyah Situbondo menulis dalam artikel nu.or.id mengatakan bahwa bid’ah yang di maksud dalam hadits riwayat muslim adalah perkara Agama, sedangkan maulid nabi adalah hanya sebagai sarana untuk melakukan amalan sholeh seperti membaca shalawat, mengenang perjalanan dakwah Nabi dan juga ceramah Agama.

Beliau sepakat dengan hadits yang menerangkan semua perkara yang di ada adakan dalam urusan agama adalah bidah, tapi dalam perkara maulid ini beliau mengatakan bukan masalah Agama, hanya sebagai sarana atau wasilah saja.

Dan beliau membawa perkataan Ulama tentang perintah maulid Nabi ini, diantarannya Al Imam Hafidz Ibnu Hajar As Qolani, As Suyuti dan Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani Rahimahullah, yang mengatakan bahwa Merayakan Maulid adalah perkara yang baik dan tidak mengapa di lakukan.

Karena adanya keterangan dari Ulama di atas Ustadz Firanda Hafidzahullah juga sekarang sedikit lunak terhadap perkara Maulid ini, asalkan dalam perayaannya menghindari semua hal kemaksiatan, seperti ikhtilat dan tidak melakukan amalan yang menjurus kepada kesyrikan.

Hakikat Maulid Nabi

Hakikat dari maulid Nabi adalah mengenang dan mengingatkan kita akan perjuangan Baginda Nabi Sallalahu Alaihi wassalam dalam mendakwahkan Agama yang hak ini, dan di harapkan kita mencontoh dan mengamalkan semua yang di katakan dan perbuatan yang dilakukan Baginda Nabi Sallalahu Alaihi wassalam.

Kesimpulan

  1. Hadits tentang maulid Nabi adalah hadits palsu, dan kita tidak boleh berhujah dengannya.
  2. Bagi yang merayakan Maulid maka landasan mereka adalah perkataan Ulama yang membolehkan dengan argumen bahwa ini hanya sebagai sarana untuk mengagungkan dan mengingat sejarah Dakwah Nabi.
  3. Dalam perayaannya hendaknya menjauhi semua yang dilarang dalam syariat seperti ikhtilat dan juga perbuatan yang menjurus kepada syirik.

Renungan

Dalam Agama semua syariat sudah sempurna, kita tinggal melakukan apa yang telah di terangkan oleh para Ulama kita, baik dalam perintah maupun larangan, tentu yang berdasarkan dalil shahih dan argumen yang kuat.

Jika ada perbuatan yang dilakukan oleh saudara kita yang berbeda dengan kita lalu mereka menggunakan dalil dan argumen yang menurut mereka kuat, maka kita perlu menghargainya.

Tentu kita tetap mendakwahkan dengan membawa dalil dan argumen kita, kalaupun mereka tetap memilih apa yang mereka yakini, itu adalah hak mereka.

Dalam beragama khususnya dakwah, kita hanya wajib menyampaikan, untuk perkara di terima atau tidak itu adalah hidayah dari Allah Azza Wajalla.

Jika ada perkara Agama yang bertentangan atau terjadi ikhtilaf maka hendaknya kita memilih jalan aman, dengan mengambil yang lebih kecil resikonya.

Contoh: Jika ada dua pendapat yang mengatakan ini haram atau bidah, sedangkan yang satu mengatakan ini baik dan sunnah, maka alangkah baiknya kita mengambil yang mengatakan bid’ah atau haram dengan tidak melakukannya, mengapa?.

Kalau misal pendapat yang benar disisiNya adalah haram atau bid’ah maka kita akan selamat, kalaupun perkara ini jika Sunnah disisiNya maka kita tidak berdosa karena meninggalkannya.

Ingat, semua yang kita lakukan di dunia ini akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat, dan kita dituntut untuk menuntut ilmu dan memilih semua jalan yang sesuai dengan perintah Allah Azza Wajalla.

Jangan lupa terus berdoa dengan ikhlas dan jujur untuk mendapatkan jalan yang lurus, karena hanya Allah sajalah kita bisa mendapatkan petunjuk dan hidayah.

“Jujurlah”, apakah dengan merayakan maulid iman kita meningkat dan kita bisa melakukan Sunnah Nabi dengan sempurna, atau apakah hanya sebatas saat merayakannya saja?.

Bukankah mengagungkan Nabi adalah dengan mengamalkan semua Sunnahnya dan ini bisa didapat dengan mengkaji dan menuntut Ilmu lalu mengamalkannya, persis seperti yang dilakukan salafus shaleh.

Demikian bahasan tentang hadits tentang maulid nabi, yang ternyata adalah hadits palsu, juga landasan yang di pakai saudara kita dalam menjalankan maulid dan sedikit renungan akan praktik kita dalam beragama, semoga kita bisa mengambil manfaatnya.

Wallahu A’lam


Baca Juga:

Referensi:

  • Aslibumiayu.net
  • Islam.nu.or.id
  • Muslim.or.id
Bagikan:

Tinggalkan komentar