Hadits Tentang Ibu, Arab dan Artinya Lengkap

Kumpulan hadits tentang ibu, diantaranya tentang perjuangan ibu, kasih sayang ibu, doa ibu dan faidah atau keutamaan tentang ibu rumah tangga

Ibu adalah orang yang sangat berjasa bagi kita, bagaimana tidak!, selama sembilan bulan lamanya ibu mengandung kita di tambah lagi menyusui selama dua tahun lalu selepas itu merawat kita hingga dewasa.

Sepertinya jika ada seseorang yang di bayar untuk melakukan itu semua, maka sedikit bahkan tidak ada yang mau, karena selama itu aktifitas dan semua kesenangan Ibu hilang dan tersita hanya untuk mengurus kita. Itulah beberapa jasa ibu yang tidak akan bisa kita bayar.

Dalam Islam, Ibu adalah sosok yang mulia bagi anaknya, dosa besar jika durhaka kepadanya dan ridho Ibu sama dengan ridho Allah, artinya jika Ibu ridho kepada kita, maka Allah akan ridho kepada kita, begitu pun sebaliknya, ibu tidak ridho kepada kita maka Allah pun akan murka kepada kita.

Maka wajib bagi kita untuk berbakti kepada kedua orang tua kita, terutama Ibu, berikut kami tuliskan beberapa hadits yang berkaitan dengan ibu.

Hadits Tentang Ibu Lengkap

hadits tentang ibu

Hadits Tentang Perjuangan Ibu

Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang yaman itu bersenandung,

إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ

ArtinyaSesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh – Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.

Orang itu lalu bertanya kepada Ibn Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” (Adabul Mufrad no. 11;  Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Penjelasan

Hadits di atas menerangkan tentang pengorbanan dan perjuangan Ibu yang sangat besar, sehingga apapun yang kita lakukan setelahnya tidak akan sebanding dengan perjuangan Ibu, hal ini selaras dengan Al Quran Surat Al-Ahqaf Ayat 15 berikut ini.

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥ ثَلَٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [QS. Al-Ahqaf Ayat 15].

Hadits Tentang Doa Ibu

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ، لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ.

Artinya: “Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diragukan tentang do’a ini: (1) do’a kedua orang tua terhadap anaknya, (2) do’a musafir-orang yang sedang dalam perjalanan-, (3) do’a orang yang dizhalimin.” [HR. Al-Bukhari]

Penjelasan,

Dalam hadits di atas bahwa doa yang tidak akan tertolak adalah doa kedua orang tua kepada anaknya, terutama Ibu karena dalam beberapa hadits banyak menyebutkan tentang kedudukan Ibu lebih tinggi dari Ayah.

Dan doa disini adalah umum, maka baik doa itu adalah doa kebaikan ataupun keburukan, maka akan di ijabah oleh Allah, maka berbaktilah kepada kedua orang tua dan mintalah doa kepadanya, juga jangan sekali kali kita sebagai orang tua mendoakan kejelekan kepada anak kita, baik di sengaja maupun tidak, karena doa tersebut akan di ijabah oleh Allah.

Hadits  Kedudukan Ibu Dalam Islam

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ : رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَاالْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَلَدِ.

Artinya: “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata, “Ridha Allah tergantung ridha orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua.“ [Al Bukhari dalam Adabul Mufrod ]

Penjelasan

Bagaimana mungkin ibu tidak mulia, sedangkan keridhaannya terhadap kita disamakan dengan ridho Allah, ini jelas bahwa kedudukan Ibu bagi anaknya adalah penting, penting menjaga hak haknya dan penting untuk berbakti kepadnya agar mendapatkan keridhoannya.

Hadits Tentang Hak Ibu

Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عن المغيرة بن شعبة قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم : إن الله حرم عليكم عقوق الأمهات ووأد البنات ومنع وهات . وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال وإضاعة المال

Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada ibu-ibu kalian, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak kewajiban dan menuntut sesuatu yang bukan menjadi haknya. Allah juga membenci jika kalian menyerbarkan kabar burung (desas-desus), banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” [HR Bukhari dan Muslim].

Ibnu Hajar dalamkitabnya Fathul Baari memberi penjelasan sebagai berikut,

“Dalam hadits ini disebutkan ‘sikap durhaka’ kepada ibu, karena perbuatan itu lebih mudah dilakukan terhadap seorang ibu. karena ibu adalah seorang wanita yang lemah. Selain itu, hadits ini juga memberi penekanan, bahwa berbuat baik kepada ibu harus lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau limpahan cinta kasih yang mendalam.”

Jadi hak ibu adalah tidak untuk di durhakai dan di wajibkan untuk berbakti kepadanya juga utamakan ibu di atas Ayah dari segi tutur kata dan limpahan kasih sayang. Tapi bukan berarti kepada ayah tidak hormat dan sayang, ini hanya penekanan bahwa hak ibu lebih besar di banding hak ayah dalam hal bakti.

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جئْتُ أبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ، وَتَرَكْتُ أَبَوَيَّ يَبْكِيَانِ، فَقَالَ : ((اِرْخِعْ عَلَيْهِمَا؛ فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا))

Artinya: “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” [HR. Abu Dawud , An-Nasa-i,, Al-Baihaqi  dan Al-Hakim].

Hak ibu adalah untuk di sennagkan hatinya dan jangan di buat sedih, dalam hadits di atas seorang sahabat padahal akan berbaiat dan hijrah yang merupakan amalan penting dalam Islam, tapi Nabi sallalahu alaihi ssalam memrintahkan untuk kembali kepada ibunya agar sang ibu menjadi senang.

Hadits Kemuliaan dan Keistimewaan Ibu Dalam Islam

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” [HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548].

Penjelasan

Hadits ini menerangkan tentang kedudukan ibu di atas Ayah dalam arti Ibulah yang pertama harus kita prioritaskan dalam hal berbakti, ini tandanya ibu mendapatkan tempat istimewa dan mulia di dalam islam.

Hadist Kasih Sayang Seorang Ibu

حدّثنا مسلم ين إبراهيم قال: حدّثنا ابن فُضالة قال: حدّثنا بكر ابن عبد الله المزنّي عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، فَأَعْطَتْهَا عَائِشَةُ ثَلَاثَ تَمَرَاتٍ، فَأَعْطَتْ كُلَّ صَبِيٍّ لَهَا تَمْرَةً، وَأَمْسَكَتْ لِنَفْسِهَا تَمْرَةً، فَأَكَلَ الصِّبْيَانُ التَّمْرَتَيْنِ وَنَظَرَا إِلَى أُمِّهِمَا، فَعَمَدَتْ إِلَى التَّمْرَةِ فَشَقَّتْهَا، فَأَعْطَتْ كُلَّ صَبِيٍّ نِصْفَ تَمْرَةٍ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَتْهُ عَائِشَةُ فَقَالَ: (وَمَا يُعْجِبُكَ مِنْ ذَلِكَ؟ لَقَدْ رَحِمَهَا اللَّهُ بِرَحْمَتِهَا صبييها) ـ

Artinya: Diceritakan oleh Muslim bin Ibrahim, diceritakan oleh Ibnu Fudlalah, diceritakan oleh Bakr bin Abdullah al-Muzanni, dari Anas bin Malik:

Datang seorang wanita kepada Aisyah radliyallahu ‘anha (meminta-minta), Aisyah memberinya tiga butir kurma (karena hanya itu yang dimilikinya). Wanita itu memberi masing-masing anaknya satu butir kurma, dan menyimpan sebutir lainnya untuk dirinya sendiri. Setelah kedua anaknya memakan kurma (pemberian Aisyah), keduanya menatap pada ibunya. Sang ibu mengambil kurma (jatahnya) kemudian membelahnya. Ia memberi masing-masing anaknya separuh kurma tersebut.

Tak berselang lama, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang. Aisyah menceritakan peristiwa (yang baru saja disaksikannya). Lalu Rasulullah bersabda: “Apa yang mengejutkanmu dari itu? Sungguh Allah telah merahmati ibu tersebut karena kasih sayangnya kepada anaknya.” [HR Bukhari dalam Adab al-Mufrad].

Penjelasan:

Lihat bagaimana seorang Ibu rela menahan lapar agar anak yang di sayangi-nya tersebut bisa makan, dan sudah mahfum bahwa kasih sayang ibu tidak akan berujung,bahkan di katakan kasih sayang ibu sepanjang masa.

Dan bentuk kasih sayang seorang ibu tersebut adalah salah satu bentuk rahmat Allah yang di berikan kepada seorang Ibu.

Hadits Tentang Ibu Adalah Madrasah Bagi Anaknya

النساء عماد البلاد إذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد

Artinya: “Wanita adalah tiang negara, apabila wanita itu baik maka akan baiklah negara dan apabila wanita itu rusak, maka akan rusak pula negara.”

Hadits ini sudah mahsyur di kalangan kita, bahkan banyak khatib dalam menyampaikan khutbah nya membawakan hadits ini, tapi ternyata hadits ini adalah hadits palsu yang tidak ada di kitab hadits manapun.

Para dai juga banyak yang menjadikan hadits palsu ini sebagai dalil bahwa ibu adalah madrasah bagi anaknya, walaupun isi dari hadits ini benar dan sejalan dengan realita, tapi kita dilarang menisbatkan sesuatu kepada Rasulullah sallalahu alaihi wassalam, itu adalah perbuatan dosa karena berbohong atas nama Nabi.

Kenapa kami tuliskan hadits ini disini, agar orang yang mencari hadits tentang ibu adalah madrasah bagi anaknya tahu bahwa ini bukan hadits, dan hadits tentang madrasah bagi anak pertama kali adalah ibu, tidak ada keterangannya.

kalaupun mau menjelaskan tentang ibu adalah madrasah pertama bagi anak, kita bisa mengambil pelajaran dari kisah para sahabiyah yang dengannya tumbuh generasi Islam yang kuat iman dan ketaqwaannya kepada Allah.

Dan salah satu riwayat yang di sampaikan Oleh Imam AL Bukhari dalam Adabul mufrad adalah perkataan salafus salihsebagai berikut:

 الصّلَاح مِن اللهِ والْأَدب من الْآباء

Artinya: “Kesalehan berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala, sedangkan adab (pendidikan/adab) berasal dari orang tua.” [Al-Bukhari, Adab al-Mufrad].

Orang tua disini tentu Ayah dan Ibu, tapi semasa kecil sampai usia baligh ibulah yang sering berinteraksi dan mengambil porsi waktu lebih banyak di banding ayah. Sehingga pantaslah di sebut ibu sebagai madrasah pertama bagi seorang anak.

Hadits Tentang Ibu Rumah Tangga

Maksud dari hadits tentang ibu rumah tangga ini adalah hadits yang menerangkan bahwa wanita atau seorang ibu itu tempatnya memang di rumah dan menjadi ibu rumah tangga, bukan mencari nafkah layaknya wanita karir.

Apa yang menjadi alasan seorang wanita atau ibu lebih baik di rumah dan menjadi Ibu Rumah Tangga?, alasannya adalah karena wanita itu aurat. Seperti dalam hadits berikut riwayat Ibnu khuzaimah dan At Tirmidzi Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ فَتَقُولُ: مَا رَآنِي أَحَدٌ إِلا أَعْجَبْتُهُ، وَأَقْرَبُ مَا تَكُونُ إِلَى اللَّهِ إِذَا كَانَتْ فِي قَعْرِ بَيْتِهَا

Artinya: “Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. [HR. Ibnu Khuzaimah dan At Tirmidzi no. 1173]

Dalam hadits di atas, di jelaskan bahwa jika wanita keluar rumah maka banyak mudhoratnya dan sebaik baiknya wanita adalah ketika berada di dalam rumah.

Dalam Al Quran Surat An Nisa ayat 34 juga di jelaskan bahwa wanita salih adalah wanita yang menjaga diri ketika suami tidak di rumah:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

Artinya: “Sebab itu maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada” [QS. An Nisa’: 34].

Dalam kitab tafsirnya Ath Thobari menjelaskan bahwa, “Wanita tersebut menjaga dirinya ketika tidak ada suaminya, juga ia menjaga kemaluan dan harta suami. Di samping itu, ia wajib menjaga hak Allah dan hak selain-nya.”

kita sudah tahu dan paham bahwa wanita atau Ibu yang baik adalah wanita yang taat kepada suaminya,bisa menunaikan kewajiban sebagai seorang istri dan bisa menyenangkan suaminya, hal ini akan sulit di lakukan oleh wanita karir, dan hanya bisa dilakukan oleh Ibu rumah tangga.

Dalam hadits shahih Riwayat An Nasai dan Ahmad dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Artinya: Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” [HR. An Nasai dan Ahmad]

Satu lagi yang menjadikan ibu rumah tangga lebih unggul di bandingkan dengan ibu karir yang bekerja adalah karena ibu rumah tangga akan punya waktu lebih lama dan bisa mendidik anak anaknya menjadi anak yang salih dan salihah.

Dan ini adalah suatu kewajiban, karena ibu menjadi pemimpin di rumah suaminya ketika suami tidak ada dirumah, sebagaimana hadits riwayat Bukhari dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، فَالإِمَامُ رَاعٍ ، وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ فِى أَهْلِهِ رَاعٍ ، وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالْمَرْأَةُ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinan pada rakyatnya. Kepala keluarga adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya tersebut. Seorang wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai hal itu.” [HR. Bukhari].

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Artinya: “Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” [QS Al Ahzab: 33].

Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas bahwa janganlah wanita keluar rumah kecuali ada hajat seperti ingin menunaikan shalat di masjid selama memenuhi syarat-syaratnya. [Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 182].

Lalu bagaimana dengan wanita karir???, maka para wanita bermimpilah menjadi Ibu rumah tangga yang bisa menyenangkan hati suami dan mendidik putra putri di rumah, sehingga akan tercipta generasi emas layaknya para salaful ummah, yang menjadikan ibu adalah guru dan madrasah bagi anak anaknya.

Demikian tulisan kaliini tentang kumpulan hadits tentang ibu, semoga bermanfaat, wallahu a’lam.

Bagikan:

Tinggalkan komentar